Minggu, 14 Juli 2019

Review Artikel MVPr : Minimum Viable Profit ~ Karya Paul Jarvis




Malam minggu (escape for a while), akhirnya saya memutuskan untuk me-review dan merangkum artikel mengenai MVPr atau Minimum Viable Profit dari sudut pandang One Person Company yang ditulis oleh Paul Jarvis:

Minimum Viable Profit (MVPr) - https://pjrvs.com/mvpr/

Pada saat kita memulai bisnis hal utama yang perlu kita lakukan adalah bagaimana mendapatkan profit atau keuntungan secepat mungkin. Kalau kamu bekerja seorang diri, tanpa ada tanggungan lain seperti karyawan, maka dikatakan profit jika bisnismu sudah bisa untuk menggaji dirimu sendiri.

Jadi, jika kamu punya produk yang perlu kamu lakukan adalah merilisnya secepat mungkin. Saya dan pernah diskusi dengan beberapa dosen dan mentor saya terkait hal ini. Bagi kita mungkin ada yang masih mengganjal terkait hal ini. Beberapa pertanyaan yang muncul antara lain:
  • Apakah tidak apa-apa produk yang belum sempurna dirilis?
Memilih menyempurnakan produk memiliki resiko kegagalan yang lebih besar ketimbang merilis produk itu sesegera mungkin. Kenapa ? karena sudah pasti produk tersebut tidak akan pernah dirilis.
  • Terus bagaimana kalau ada yang meng-copy paste ide saya?
Saya pernah dengar, ide orisinal tidak akan pernah dilupakan. At least, ide atau produk tersebut sudah mendapatkan tempat atau minimal sudah dikenal oleh masyarakat terlebih dahulu.


Saya pernah mendengar guyonan seperti ini, siswa dikenal karena dia datang paling awal atau karena dia datang paling akhir. Siswa dikenal karena dia dipaling pandai atau dia paling nakal, yang tengah-tengah atau yang sedang-sedang saja akan dilupakan. Atau, dalam hal ini yang pertama pasti akan mendapatkan exposure yang lebih banyak.

Kalau diibaratkan bayi, walaupun belum bisa berjalan usahakan produkmu sudah bisa merangkak, yang penting jangan sampai prematur terus kamu rilis. Bayi yang sudah merangkak minimal dia sudah bisa mencari ibunya kalau dia lapar atau haus. Walaupun belum bisa cari makan sendiri. At least, sudah bisa sustain adalah suatu pencapaian yang patut diapresiasi.

Go-Jek waktu pertama kali dirilis juga masih pakai SMS dan juga masih hanya untuk menawarkan jasa ojek, belum seperti sekarang yang sudah menawarkan berbagai layanan seperti Go-Food, Go-Life, dan Go-Pay. Facebook juga, Mark merilis Facebook ketika masih dibangku kuliah, Facebook awalnya masih berupa seperti buku tamu dengan tampilan seadanya pada masa itu.

Ketika produk kamu sudah kamu rilis dan ternyata kamu mendapatkan kritik dari pengguna. Justru kamu patut berterima kasih kepada mereka. Terkait kritik, kritik ibarat pisau. Jika kamu biarkan maka akan berkarat dan dapat membunuhmu. Jika kamu asah maka dapat membantu menajamkan produkmu.'

Keuntungan merilis produk sesegera mungkin adalah kamu tidak membutuhkan dana yang besar untuk operasional. Kamu merilis produk berdasarkan kebutuhan pasar atau audien, bukan berdasarkan asumsi-asumsimu. Fokuslah pada core feature atau fitur utama yang ingin kamu jual. Hal tersebut berguna untuk memastikan bisnis modelmu mendapatkan interest atau fit to the market. Percuma kan kalau kamu sudah susah-susah scale-up, sudah keluar uang banyak dan ternyata produkmu sepi peminat.

Berdasarkan artikel tersebut, MVPr tidak terkait dengan jumlah pengguna ataupun jumlah pertumbuhan per bulan, tidak juga pendapatan kotor, tetapi laba bersih. Hal tersebut yang akan menentukan apakah bisnis kamu akan sustain atau tidak. Jika sedari awal bisnis kamu sudah mendapatkan profit, maka kamu bisa lebih leluasa atau bisa fokus untuk mengembangkannya, tapi perlu diingat keputusan yang diambil harus berdasarkan profit aktual atau profit yang didapatkan saat ini.

Jika uang yang kamu gunakan untuk product development dan marketing lebih besar daripada profit aktual maka besar kemungkinan kamu akan mengalami run out of money atau run out of cash (kehabisan bensin). Karena kamu sudah on the right track, sudah di jalan yang benar, eh.., tapi bukan berarti kamu bisa berleha-leha. Kembangkan ide-ide atau fitur baru yang sekiranya berdampak pada aktual profit.

Kenapa aktual profit? you have just starting your business, right? umumnya dan banyak terjadi, startup atau bisnis yang belum atau baru dimulai sudah terburu-buru mencari funding atau investor akan lebih cepat mati, karena mereka akan dituntut untuk growth atau ROI (Return of Invesment) oleh para investor. Nah, karena dituntut untuk growth secara cepat they putting all eggs in one basket (which is they putting all money on marketing) and they forgot to develop their product.

Kalau kita pergi ke pasar untuk membeli sayur. Sayur yang organik dengan sayur anorganik harganya lebih mahal yang mana? atau jangan-jangan sayur organiknya malah tidak ada yang jual di pasar, dijualnya di supermarket, hehe. That’s the point, bisnis atau startup yang tumbuh secara organik akan lebih seksi di mata investor. You don’t have to call them because they will call you.

Startup atau rintisan yang hanya mempunyai satu orang pegawai yang merangkap CEO, CTO, COO, dan CeCe yang lainnya. Untuk startup entah kenapa saya lebih suka dengan sebutan Founder, atau Co-Founder jika lebih dari satu orang. Back to the topic, startup atau perusahaan rintisan umumnya dihuni oleh orang-orang yang mempunyai kemampuan dan skills to create, untuk membuat produk ataupun servis. Orang yang ada di dalam tim umumnya sesuai dengan kebutuhan atau terkadang malah ada yang double job. Startup akan menambah tim bilamana hal tersebut memang sangat dibutuhkan dan jika profit yang didapat bisa meng-cover atau mendukung hal tersebut.

Untuk startup yang hanya terdiri dari satu atau dua orang, growth bukanlah hal utama, tapi yang terpenting adalah profit. Profit adalah ketika bisnis menhasilkan keuntungan yang cukup untuk meng-cover salary si owner. Setelah mendapatkan profit, startup sudah mulai stabil. Itu artinya kamu sudah bisa untuk menentukan beberapa pilihan seperti menaikkan pendapatan kamu, fokus ke scaling, mengurangi jam kerja dengan menambah anggota tim sehingga waktumu bisa kamu gunakan untuk hal yang lain. Hal tersebut tergantung pilihan kamu.

Bisnis yang menghasilkan keuntungan yang dapat diproyeksi dan konsisten adalah sebuah pencapaian tersendiri untuk sebuah perusahaan yang hanya dijalankan oleh satu orang. MVPr bisa kamu raih dengan tanpa mengeluarkan banyak uang atau least invesment dan dalam waktu yang singkat . Sebagai referensi saya sarankan kamu membaca buku The $100 Startup karya Chris Guillebeau. Di buku tersebut kamu akan menemukan berbagai contoh bisnis yang dimulai dengan modal kurang dari $100, bahkan ada yang tanpa modal.



Sesegara mungkin untuk mendapatkan profit adalah sesuatu yang penting bagi sebuah perusahaan yang dijalankan seorang diri karena fokus pada growth dan profit adalah sesuatu yang hampir mustahil disaat yang bersamaan. Untuk perusahaan yang sudah mapan, cara yang umum dilakukan untuk mencapai growth adalah dengan berinvestasi untuk masa yang akan datang. Sering kita ketahui perusahaan tersebut mengeluarkan banyak uang untuk marketing, sales, bahkan menambah teknologi dan infrastruktur agar bisa tumbuh. Kemudian mereka berharap hasilnya akan berlipat dari apa yang mereka keluarkan untuk marketing dan sales, sometimes it happens but sometimes not (they are betting on that).

Cara yang sama tidak akan selalu berhasil untukmu (One Person Company). OPC atau One Person Company merupakan sebuah perusahaan yang hanya dipunggawai oleh satu orang sehingga tidak memerlukan kantor. Orang tersebut umumnya merangkap marketing, product developer, dan tentu saja owner. OPC spends money ketika profit mereka mengizinkan hal tersebut. Umumnya mereka mengeluarkan uang hanya untuk kebutuhan dasar, agar perusahaan mereka dapat bernafas. Growth terasa akan pelan karena mereka memulainya dari nol ~ tahap awal adalah ketika laba yang mereka dapatkan masih sedikit begitu juga dengan pengeluaran mereka. Selanjutnya laba mereka akan mulai naik seiring waktu berjalan, begitu juga dengan pengeluaran mereka, dan seterusnya. Ini adalah suatu proses yang dilakukan secara bertahap.

Keuntungan eksponensial bukanlah tujuan utama dari One Person Company, karena dengan medapatkan keuntungan saja biasanya sudah cukup. Mulai dari situ kamu bisa memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan ~ apakah kamu mau tumbuh atau growth, atau tetap pada posisi saat ini, mengurangi waktu kerja, atau mulai scale-up ~ semua itu bebas kamu pilih karena kamu tidak memiliki tuntutan dari siapapun karena tujuan utamamu bukanlah untuk mendapatkan keuntungan ekponensial layaknya perusahaan besar yang dituntut untuk mendapatkan exponensial profit, atau simple-nya keuntungan yang kamu dapatkan lebih besar dari uang yang kamu keluarkan untuk menjalankan perusahaan tersebut dan yang terpenting semua itu bisa menunjang hidupmu. Tapi bukan berarti ketika kamu sudah mendapatkan profit akan membuatmu berhenti untuk berinovasi dan stagnant ~ yang dimaksud adalah ketika kamu sudah mendapatkan profit maka kamu tidak perlu lagi meninggalkan kehidupanmu untuk tumbuh besar dan cepat (work life balance).

Oke, mungkin itu saja review yang artikel yang bisa saya tulis. Semoga bermanfaat dan terima kasih.

Related Articles

0 komentar:

Posting Komentar